Organisasi-Organisasi Di Indonesia Yang Dibentuk Jepang
ORGANISASI
KEMILITERAN
Heiho
Heiho (pasukan pembantu) adalah prajurit Indonesia
yang langsung ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang, baik Angkatan
Darat maupun Angkatan Laut. Syarat-syarat untuk masuk Heiho adalah umur 18-25
tahun, berbadan sehat, berkelakuan baik, dan berpendidikan minimal sekolah
dasar. Tujuan pembentukan Heiho adalah untuk membantu tentara Jepang.
Kegiatannya antara lain, membangun kubu-kubu pertahanan Jepang, menjaga kamp
tahanan, dan membantu perang tentara Jepang di medan perang.
Peta
Merupakan organisasi kemiliteran yang dibentuk Jepang
dengan tujuan agar Indonesia dapat dilepaskan dari rasa ketakutan akan adanya
seragan Sekutu, Jepang berusaha agar Indonesia dapat dipertahankan dari
serangan Sekutu. Heiho sebagai pasukan yang terintegrasi dengan pasukan Jepang
masih dipandang belum memadai. Jepang masih berusaha agar ada pasukan yang
secara konkret mempertahankan Indonesia. Oleh karena itu, Jepang berencana
membentuk pasukan untuk mempertahankan tanah air Indonesia yang disebut Pasukan
Pembela Tanah Air (Peta). Peta berdiri berdasarkan peraturan dari pemerintah
Jepang yang disebut Osamu Seinendan, nomor 44.
Seinendan
Seinendan (Korps Pemuda) adalah organisasi para pemuda
yang berusia 14-22 tahun. Pada awalnya Seinendan 3500 orang dari seluruh Jawa.
Tujuan dibentuknya Seinendan adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar
dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Bagi
Jepang, Seinendan digunkan untuk memdapatkan tenaga cadangan guna memperkuat
usaha mencapai kemenangan dalam perang Asia Timur Raya, perlu diadakannya
pengerahan kekuatan pemuda. Dalam hal ini Seinendan difungsikan sebagai barisan
cadangan yang mengamankan barisan belakang. Jepang juga menggerakan Seinendan
bagian putri yang disebut Joyi Seinendan. Pada akhirnya Seinendan berjumlah
sekitar 500.000 pemuda.
Keibodan
Organisasi Keibodan (Korps Kewaspadaaan) merupakan
organisasi semimiliter yang anggotanya para pemuda yang berusia antara 25-35
tahun. Syarat utama untuk masuk Keibodan adalah berbadan sehat dan berkelakuan
baik. Pembentukan Keibodan ini memang dimaksudkan untuk membantu tugas polisi,
misalnya menjaga lalu lintas dan pengamanan desa. Untuk itu anggota juga
dilatih kemiliteran. Disamping Keibodan dan Seinendan, pada bulan Agustus 1943
juga dibentuk Fujinkai (perkumpulan wanita). Fujinkai bertugas di garis
belakang untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat melamui
kegiatan pendidikan dan kursus-kursus dan ketika situasi perang semakin
memanas, Fujinkai ini juga diberi latihan militer sederhana. Organisasi sejenis
Fujinkai ini juga dibentuk untuk usia murid SD yang disebut Seinentai (barisan
murid sekolah dasar), kemudian dibentuk Gakukotai (barisan murid sekolah
lanjutan).
Barisan Pelopor
Pada pertengahan tahun, diadakan rapat Chuo-Sangi-In
(Dewan Pertimbangan Pusat). Salah satu keputusan dari rapat tersebut adalah
bagaimana cara untuk menumbuhkan keinsyafan dan kesadaran yang mendalam di
kalangan rakyat untuk memenuhi kewajiban dan membangun persaudaraan untuk
seluruh rakyat dalam rangka mempertahankan tanah airnya dari serangan musuh.
Sebagai konkret dari kesimpulan rapat tersebut, pada tanggal 1 November 1944,
Jepang membentuk suatu organisasi baru yang dinamakan “Barisan Pelopor”.
Melalui organisasi ini diharapkan adanya kesadaran rakyat untuk berkembang,
sehingga siap untuk membantu Jepang dalam mempertahankan Indonesia. Organisasi
ini mengadakan pelatihan militer bagi para pemuda, meskipun hanya menggunakan
peralatan yang sederhana, seperti senapan kayu dan bambu runcing.
Pemimpin Barisan Pelopor saat itu adalah Ir. Soekarno
yang dibantu oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo.
ORGANISASI
SOSIAL KEMASYARAKATAN
Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A ini mempunyai tiga semboyan yaitu
Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Jepang
berusaha agar perkumpuan ini menjadi wadah propagandan yang efektif.
Latar belakang Jepang
membentuk perkumpulan ini adalah Jepang ingin mendapatkan dukungan dari
masyarakat Indonesia.
Tujuan dibentukya
perkumpulan ini yaitu :
1. Menjadi wadah propaganda (pemberi doktrinasi kepada
masyarakat Indonesia).
§ Agar rakyat Indonesia dengan sukarela menyumbangkan
tenaga bagi kekuatan Jepang di bidang militer.
Pusat Tenaga
Rakyat (Putera)
Putera merupakan organisasi lanjutan yang dibentuk
Jepang setelah gagalnya organisasi Gerakan Tiga A. Tujuan Putera adalah untuk
membangun dan menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah dihancurkan oleh
Belanda. Menurut Jepang Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi
masyarakat Indonesia guna membantu Jepang dalam perang. Disamping tugas di
bidang propaganda, Putera juga memperbaiki bidang sosial ekonomi. Pimpinan
pusat Putera adalah Empat Serangkai (Sukarni, Moh. Hatta, K.H. Mas Mansur, dan
Ki Hajar Dewantara).
Latar belakang
dibentuknya organisasi ini adalah karena gagalnya Jepang mendpatkan simpati
rakyat Indonesia malalui organisasi “Gerakan Tiga A” yang kmudian dibudarkan,
maka Jepang mulai tertekan. Ditambah lagi kekalahan Jepang diberbagai medan
pertempuran telah menimbulkan rasa tidak percaya dari rakyat. Oleh sebab itu,
Jepang kemudian melakukan kerja sama dengan tokoh-tokoh nasionalis (Soekarno
dan Moh. Hatta). Kemudian pada tanggal 16 April 1963 dibentuk gerakan baru
yaitu “Pusat Tenaga Rakyat”.
Tujuan dibentuknya
organisasi ini yaitu :
1. Membangun dan menghidupkan kembali segala sesuatu yang
telah dihancurkan oleh Belanda.
§ Memusatkan segala potensi masyarakat Idonesia guna
membantu Jepang dalam perang.
§ Memperbaiki bidang sosial-ekonomi Jepang.
Jawa Hokokai
Jawa Hokokai (Himmpunan Kebaktian Jawa) adalah
organisasi yang dibentuk Jepang untuk menghadapi situasi perang, Jepang
membutuhkan persatuan dan semangat segenap rakyat baik lahir maupun batin.
Rakyat diharapkan memberikan darma baktinya terhadap pemerintah demi kemenangan
perang. Di dalam membantu memenagkan perang, Jawa Hokokai telah berusaha antara
lain dengan pengerahan tenaga dan memobilisasi potensi sosial ekonomi, misalnya
dengan penarikan hasil bumi, sesuai dengan target yang ditentukan.
Latar Belakang
dibentuknya organisasi ini adalah pada tahun 1944, situasi Perang Asia Timur
Raya mulai berbalik. Tentara sekutu dapat mengalahkan tentara Jepang di
berbagai tempat. Hal ini menyebabkan kedudukan Jepang di Indonesia semakin
menghawatirkan. Oleh karena itu, Panglima ke-16, Jenderal Kumaikici Harada
membentuk organisasi yang diberi nama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).
Jepang membutuhkan agar rakyat Indonesia memberikan darma baktinya terhadap
pemerintahan demi kemenangan perang.
Tujuan dibentuknya
organisasi yaitu :
1. Melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas
demi pemerintahan Jepang.
§ Memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya
berdasarkan semangat persaudaraan.
§ Memperkokoh pembelaan tanah air.
ORGANISASI
PEMERINTAHAN
BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia)
BPUPKI (Dokiritsu Junbi Chosakai) adalah badan yang
dibentuk oleh pemerintah Jepang bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar
Hirohito. Badan ini dibentuk sebagai upaya Jepang untuk mendapatkan dukungan
dari bangsa Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses
kemerdekaan Indonesia. Tugas dari BPUPKI adalah mempelajari dan menyelidiki
hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, tata pemerintahan,
dan hal-hal yang diperlukan dalam usaha pembentukan negara Indoneia merdeka.
Hal-hal yang diperlukan dalam usaha pembentukan negara itu antara lain :
1. Konstitusi
Konstisusi pertama yang digunakan Indonesia adalah UUD
1945.
2. Betuk Pemerintahan
Bentuk pemerintahan Indonesia yang pertama adalah
Republik. Yaitu dimana presiden berperan sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan.
3. Lambang atau Lagu kebangsaan
Lambang negara Indonesia diciptakan oleh Sultan Hamid II.
Sedangkan, lagu kebangsaan diciptakan oleh W.R. Soepratman dengan judul
“Indonesia Raya”.
4. Bendera Negara
Bendera Negara dijahit oleh istri Soekarno yaitu
Fatmawati. Bendera negara yang dijahit tersebut memiliki dua warna yaitu merah
dan putih. Merah yang artinya berani dan putih yang artinya suci.
Kekalahan Jepang dalam perang pasifik semakin jelas.
Perdana Menteri Jepang, Jederal Kuniaki Koiso, pada tanggal 7 September 1944
menggumumkan bahwa Indonesia akan dimerdekakan kelak, sesudah tercapai kemenangan
akhir dalam perang Asia Timur Raya. Dengan cara itu, Jepang berharap tentara
sekutu akan disambut oleh rakyat Indonesia sebagai penyerbu negara mereka,
sehingg pemimpin pemeritahan penduduk militer di Jawa Jenderal Kumakichi
Harada, menggumumkan dibentuknya BPUPKI.
Panitia
Sembilan
Sampai akhir dari masa persidangan BPUPKI yang
pertama, masih belum ditemukan titik temu kesepakatan dalam perumusan dasar
negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat, sehingga dibentuklah “Panitia
Sembilan” tersebut guna menyatukan berbagai masukan dari berbagai konsep-konsep
sebelumnya yang dikemukakan oleh para anggota BPUPKI itu.Panitia Sembilan
menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang dikenal sebagai
“Piagan Jakarta” atau “Jakarta Charter”. Setelah itu sebagai ketua Panitia
Sembilan, Ir. Soekarno melaporkan hasil kerja panitia kecil yang dipimpinnya
kepada anggota BPUPKI berupa dokumen rancangan asas dan tujuan “Indonesia
Merdeka” yang disebut denagn “Piagam Jakarta” itu.
Nama-nama Anggotanya yaitu :
1. Soekarno (Ketua)
§ Moh. Hatta (Anggota)
§ Moh. Yamin (Anggota)
§ Ahmad Subardjo (Anggota)
§ A. A. Maramis (Anggota)
§ Abdul Kadir Muzakir (Anggota)
§ H. Wachid Hasyiah (Anggota)
§ Agus Salim (Anggota)
§ Abikusno Tjokrosujoso (Anggota)
Hasil Usul-usulannya yaitu :
1. Yamin (29 Mei 1945) rumusannya berbunyi :
2. Peri Kebangsaan
3. Peri Kemanusiaan
4. Peri Ketuhanan
5. Peri Kerakyatan
6. Kesejahteraan Rakyat
§ Dr. Mr. Supomo (31 Mei 1945) rumusannya berbunyi :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Mufakat dan Demokrasi
4. Musyawarah
5. Keadilan sosial
§ Soekarno (1 Juni 1945) rumusannya berbunyi :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketiga rumusan tersebt menghasilkan “Piagam Jakarta”.
Piagam itu berbunyi :
§ Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat-syariat
Islam bagi para pemeluknya
§ Kemanusiaan yang adil dan beradab
§ Persatuan Indonesia
§ Kerakyatan yang dipimpi oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan
§ Keadilan sosial bag seluruh rakyat Indonesia
PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
Karena dianggap telah dapat menyelesaikan tugasnya
dengan baik, yaitu menyusun rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia
Merdeka, BPUPKI dibubarkan dan digantikan dengan dibentuknya PPKI (Dokuritsu
Junbi Inkai) dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya. Tugas pertama PPKI adalah
mersmikan pembukaan (Preambule) serta batang tubuh UUD 1945. Tugas yang kedua
adalah melanjutkan hasil kerja BPUPKI, mempersiapkan pemindahan kekuasaan dari
pihak pemintahan Jepang kepada bangsa Indonesia dan mempersiapkan segala
sesuatu yang menyangkut masalah ketatanegaraan bagi negara Indonesia baru. PPKI
sangat berperan dalam penataan awal negara Indonesia baru. Walaupun kelompok
muda kala itu hanya menggangap PPKI sebagai sebuah lembaga buatan pihak Jepang.
Selain itu juga PPKI menyiapkan hal-hal lain seperti :
§ Menyiapkan tempat upacara untuk menyatakan
kemerdekaan. Yaitu di jalan Pegangsan Timur no. 56
§ Menyiapkan teks proklamasi. Dimana ditulis tangan oleh
Soekarno dan diketik oleh Sayuti Melik.
§ Menyiapkan team penggerek bendera. Penggerek bendera
Pusaka adalh Latief Hendraningrat dan S. Suhud
§ Memepersiapkan cara menyebarkan berita. Erita tersebut
disebarkan melalui radio, surat kabar, dan penuturan dari mulut ke mulut
PERISTIWA
SEKITAR PROKLAMASI
1. Janji Perdana Menteri Kuniaki Koiso
Janji Perdana Menteri Koiso. Kedudukan Jepang semakin
terdesak dalam Perang Pasifik sejak tahun 1944. Pada tahun 1944 garis
pertahanan Jepang dapat ditembus oleh pasukan Sekutu. Beberapa wilayah
pendudukan Jepang di Indonesia mengalami kerusakan akibat serangan dan
pengeboman yang dilakukan oleh pasukan Sekutu. Oleh karena itu, Jepang
menerapkan beberapa kebijakan baru yang lebih lunak di daerah-daerah yang
didudukinya. Kebijakann-kebijakan baru tersebut memberi peluangbagi usaha-usaha
mempersiapkan kemerdekaan di daerah yang didudukinya.
Pada tanggal 5 September 1943, Saiko Shikikan
Kumaikici Haiada mengeluarkan Osamu Seirei No. 36 dan 37 tentang Pembentukan
Chuo Sangi In (Dewan Penasihat Pusat) dan Shu Sangi Kai (Dewan Penasihat
Daerah). Chuo Sangi In bertugas memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
saiko shikikan (panglima tentara) dalam hal politik dan pemerintahan.
Keanggotaan Chuo Sangi In terdiri dari hal-hal berikut :
§ Yang diangkat oleh saiko shikikan berjumlah 23 orang.
§ Yang dipilih dari antara dan oleh anggota Shu Sangi
Kai dan Tokubetsu Shu Sangi Kai (Dewa Pertimbangan Kotapraja). Dari
masing-masing shu dan tokubetsu masing-masing seorang, sehingga semua berjumlah
18 orang.
§ Yang diusulkan oleh kooti/koci berjumlah 2 orang
(Surakarta 1 orang dan Jogjakarta 1 orang). Pada tanggal 15 November 1943,
delegasi Chuo Sangi In yang diwakili oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh, Hatta dan
Bagus Hadikusumo diundang ke Jepang.
Pada saat bertemu dengan Perdana Menteri Tojo,
delegasi Chuo Sangi In minta agar Indonesia diizinkan mengibarkan Sang Saka
Merah Putih, diizinkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, serta
mendesak agar Indonesia disatukan dalam satu pemerintahan. Namun permintaan tersebut
ditolak Perdana Menteri Tojo menyatakan belum dapat memberikan jaminan kepada
Ir. Soekarno kecuali Jepang sudah memenangkan perang.
Pada tanggal 17 Juli 1944, Jenderal Hideki Tojo
meletakan jabatan sebagai perdana menteri dan digantikan oleh Jenderal Kuniaki
Koiso. Jenderal Koiso mempunyai tugas berat dalam memulihkan kewibawaan Jepang
di mata bangsa Asia. Salah satunya dengan menjanjikan kemerdekaan kepada
sejumlah negara termasuk Indonesia.
Perdana Menteri Koiso pada tanggal 7 September 1944 mengeluarkan
pernyatan bahwa “Indoneisa akan diberi kemerdekaan di kemudian hari”.
Pernyataan tersebut kemudian terkenal degan sebutan “Janji Koiso”.
Janji Koiso terebut dikemukakan di depan sidang
Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang). Adapun tujuan dikeluarkan Janji Koiso
tersebut agar rakyat Indonesia tidak mengadakan perlawanan terhadap Jepang.
Bukti kesungguhan janji Koiso tersebut adalah dengan diperolehkan mengibarkan
bender Merah Putih di kantor-kantor pemerintahan, tetapi bendera Merah Putih
harus berdampinga dengan bendera Jepang (Hinomaru).
Pada tanggal 10 September 1944 pemeritahan pendudukan
Jepang di Indonesia menambah anggota Chuo Sangi In dari 23 orang yang diangkat
oleh saiko shikikan ditambah 5 orang lagi, sehingga menjadi 28 orang anggota.
Lima orang tambahan tersebut adalah R. Abikusno Cokrosuyoso, R. Margono
Joyoadikusumo, Mr. R.W. Sumanang, M. R. Sujono, dan R. Gatot Mangkuprojo. Pada
tanggal 17 November 1944 anggota Chuo Sangi In ditambah lagi 12 orang.
2. Pemanggilan Tokoh Indonesia ke Dalat, Vietnam.
Tanggal 9
Agustus 1945,Marsekal Terauchi, Panglima besar tentara Jepang di Asia
Tenggara memanggil Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Dr.
Radjiman Wedyodiningrat kemarkasnya di Dalat (Saigon).
Ia kemudian menyampaikan keputusan pemerintah Jepang untuk memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia. Keputusan ini dilatar belakangi keinginan menarik
dukungan dan simpati lebih banyak dari bangsa Indonesia yang saat itu tentara
Jepang semakin terdesak oleh sekutu.Sebenarnya, pertemuan di Dalat tersebut
merupakan momentum penting bagi bangsa Indonesia. Akan tetapi, peristiwa ini
merupakan pemicu dari terjadinya perbedaan pendapat antara tokoh
golongan tua dan golongan muda.
3. Peristiwa Rengasdengklok.
Berita peristiwa pemboman kota Hirosima pada tanggal 6
Agustus 1945 serta Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945, disusul jepang
menyerahkan diri kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, meskipun berita
tersebut di tutupi, pada akhirnya sampai juga kepada telinga pada pemuda
melalui siaran radio BBC di Bandung. Hal ini memperkuat tekada dan semangat
para pemuda untuk segera bergerak memproklamirkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Setelah
mendengar kekalahan Jepang tersebut, tanggal 15 Agustus 1945 para pemuda
berkumpul diruang belakang gedung Bakteriologi, Jalan Pegangsaan
Timur no.13, Jakarta, dibawah pimpinan Chaerul Saleh. Pertemuan
ini membahas kekalahan Jepang dan persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Hasil keputusannya adalah bahwa kemerdekaan Indonesia adalah masalah bangsa
Indonesia sendiri yang tidak dapat digantungkan pada bangsa lain. Oleh karena
itu proklamasi kemerdekaan harus dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Para pemuda segera mengirimkan utusan (Wikana dan
Darwis) untuk segera menghadap Ir. Soekarno dan Moh. Hatta agar segera
menyampaikan hasil rapat tersebut. Namun kedua tokoh tersebut menolak gagasan
para pemuda dengan alasan Jepang masih bersenjata lengkap dan mempunyai tugas
untuk memelihara status quo sebelum pasukan sekutu datang ke Indonesia. Selain
itu, Soekarno-Hatta baru akan membicarakan masalah kemerdekaan Indonesia dalam
sidang PPKI pada tangal 16 Agustus 1945.
Namun kedua
tokoh ini menolak gagasan pemuda tersebut dengan alasan Jepang masih bersenjata
lengkap dan mempunyai tugas memelihara status quo sebelum pasukan sekutu datang
ke Indonesia. Selain itu Soekarno-Hatta baru akan membicarakan masalah
kemerdekaan Indonesia dalam sidang PPKI tanggal 16 Agustus 1945.
Wikana dan Darwis melaporkan hasil pembicaraan dengan Soekarno-Hatta kepada para pemuda yang telah berkumpul di Asrama Menteng 31 pada pukul 24.00 wib. Para pemuda tersebut antara lain Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, Surachmat, Johan Nur, Singgih, Mandani, Sutrisno, Sampun, Subadio, Kusnandar, Abdurrahman dan Dr. Muwardi.
Setelah para pemuda mendengar hasil laporan tersebut, para pemuda merasa kecewa sehingga suasana rapat menjadi panas. Akhirnya diputuskan perlunya untuk mengamankan Soekarno-Hatta keluar kota yang jauh dari pengaruh Jepang. Persoalan Soekarno-Hatta selanjutnya diserahkan kepada Syudanco Singgih dan kawan-kawan dari Peta Jakarta.
Dalam melaksanakan tugasnya, Syudanco Singgih didampingi Sukarni dan Yusuf Kunto. Menurut Singgih Soekarno-Hatta akan dibawa ke Rengasdengklok sebagai tempat untuk mengamankan Soekarno-Hatta dengan alasan:
Wikana dan Darwis melaporkan hasil pembicaraan dengan Soekarno-Hatta kepada para pemuda yang telah berkumpul di Asrama Menteng 31 pada pukul 24.00 wib. Para pemuda tersebut antara lain Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, Surachmat, Johan Nur, Singgih, Mandani, Sutrisno, Sampun, Subadio, Kusnandar, Abdurrahman dan Dr. Muwardi.
Setelah para pemuda mendengar hasil laporan tersebut, para pemuda merasa kecewa sehingga suasana rapat menjadi panas. Akhirnya diputuskan perlunya untuk mengamankan Soekarno-Hatta keluar kota yang jauh dari pengaruh Jepang. Persoalan Soekarno-Hatta selanjutnya diserahkan kepada Syudanco Singgih dan kawan-kawan dari Peta Jakarta.
Dalam melaksanakan tugasnya, Syudanco Singgih didampingi Sukarni dan Yusuf Kunto. Menurut Singgih Soekarno-Hatta akan dibawa ke Rengasdengklok sebagai tempat untuk mengamankan Soekarno-Hatta dengan alasan:
1. Rengasdengklok dilatar belakangi laut Jawa, sehingga
jika ada serangan dari tentara Jepang dapat segera pergi melalui laut.
2. Didaerah sekitar Rengasdengklok, di Purwakarta,
Cilamaya (barat), Kedung Gedeh (selatan), dan Bekasi (Timur) telah siap pasukan
Peta untuk menjaga segala kemungkinan.
Setelah rapat
selesai, dengan mengendarai mobil, Singgih bersama Sutrisno, Sampun dan
Surachmat menuju rumah Ir. Soekarno dan menjemput Moh. Hatta untuk membawa
mereka beserta keluarga ke Rengasdengklok.
Setelah sampai di rengasdengklok, Soekarno-Hatta tetap tidak bersedia menyatakan kemerdekaan sebelum ada surat pernyataan resmi menyerah dari Jepang. Namun ditengah perdebatan itu, Ahmad Subarjo muncul dan memberitahukan kepada Soekarno-Hatta bahwa Jepang memang telah menyerah kepada sekutu. Mendengar kabar itu, Soekarno-Hatta akhirnya bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Selanjutnya, diadakan perundingan dengan kelompok pemuda dan Ahmad Subarjo memberikan jaminan kepada para pemuda bahwa Soekarno-Hatta akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Setelah tercapai, pada sore harinya Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta bersama Ahmad Subarjo dan Sudiro.
Setelah sampai di rengasdengklok, Soekarno-Hatta tetap tidak bersedia menyatakan kemerdekaan sebelum ada surat pernyataan resmi menyerah dari Jepang. Namun ditengah perdebatan itu, Ahmad Subarjo muncul dan memberitahukan kepada Soekarno-Hatta bahwa Jepang memang telah menyerah kepada sekutu. Mendengar kabar itu, Soekarno-Hatta akhirnya bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Selanjutnya, diadakan perundingan dengan kelompok pemuda dan Ahmad Subarjo memberikan jaminan kepada para pemuda bahwa Soekarno-Hatta akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Setelah tercapai, pada sore harinya Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta bersama Ahmad Subarjo dan Sudiro.
TANGGAPAN RAKAT
INDONESIA TERHADAP BERITA PROKLAMASI
Percaya
Tindakannya :
-Merayakan Proklamasi (kemerdekaan) dengan sukacita
dan bahagia
-Menyampaikan kepada orang di sekitar, karena ada yang
telah melihat
-Bersyukur karena Indonesia telah merdeka
-Membentuk Laskar Pertahanan
Kurang Percaya
Tindakannya :
-Mencari tahu kebenaran dari berita tersebut
-Ragu-ragu karena belum terbukti kebenarannya
Tidak Percaya
Tindakannya :
-Tidak ada pemberitahuan tentang berita Proklamasi
(faktor lokasi daerah)
-Tidak percaya bahwa merdeka dengan kerja keras dan
perjuangan sendiri, melainkan dari Jepang (Janji P.M. Koiso) (berbagai sumber)
Komentar
Posting Komentar